Sabtu, 28 Maret 2009

leukimia




Leukemia adalah suatu keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum tulang didominasi oleh klon maligna limfositik dan terjadi penyebaran sel-sel ganas tersebut ke darah dan semua organ tubuh. EPIDEMIOLOGILeukemia menempati 40% dari semua keganasan pada anak. Faktor risiko terjadi leukemia adalah kelainan kromosom, bahan kimia, radiasi, faktor hormonal, infeksi virus. PATOGENESIS DAN KLASIFIKASIo Blastosit abnormal gagal berdiferensiasi menjadi bentuk dewasa, sementara proses pembelahan berlangsung terus. Sel-sel ini mendesak komponen hemopoitik normal sehingga terjadi kegagalan sumsum tulang. Disamping itu, sel-sel abnormal melalui peredaran darah melakukan infiltrasi ke organ-organ tubuh.o Klasifikasi :Dikenal 2 golongan besar leukemia akut :o o Leukemia limfoblastik akut (LLA) : sel induk berasal dari sel induk sistem limfoido Leukemia mieloblastik akut (LMA) : sel induk berasal dari sel induk sistem mieloid DIAGNOSISAnamnesis o Anemia, sering demam, perdarahan, berat badan turun, anoreksia, kelemahan umum.o Keluhan pembesaran kelenjar getah bening dan perut.o Pemeriksaan fisiso Anemis dan tanda perdarahan : mukosa anemis, perdarahan, ulsera, angina Ludwigo Pembesaran kelenjar limfe generalo Splenomegali, kadang hepatomegali. o Pada jantung terjadi gejala akibat anemia.o Infeksi pada kulit, paru, tulang. o Pemeriksaan penunjango Anemia normositik normokromik, kadang kadang dijumpai normoblas.o Pada hitung jenis terdapat limfoblas. Jumlah limfoblas dapat menyampai 100%.o Trombositopeni, uji tourniquet positif dan waktu perdarahan memanjang.o Retikulositopenia.o Kepastian diagnostic: pungsi sumsum tulang, terdapat pendesakan eritropoiesis, trombopoesis, dan granulopoesis. Sumsum tulang di dominasi oleh limfoblas.o Rontgen foto toraks AP dan lateral untuk melihat infiltrasi mediastinal. o Lumbal pungsi : untuk mengetahui ada infiltrasi ke cairan serebrospinal. PENATALAKSANAAN 1. Protokol pengobatanProtokol pengobatan menurut IDAI ada 2 macam yaitu :Protokol half dose metothrexate (Jakarta 1994) lihat LampiranProtokol Wijaya Kusuma (WK-ALL 2000) lihat lampiran2. Pengobatan suportifTerapi suportif misalnya transfusi komponen darah, pemberian antibiotik, nutrisi, dan psikososial. PEMANTAUAN1. TerapiKomplikasi terapi adalah alopesia, depresi sumsum tulang, agranulositosis. Sepsis merupakan komplikasi selama pengobatan sitostatika.Pada pemberian kortikosteroid dapat terjadi perubahan perilaku, misalnya marah, dan nafsu makan yang berlebihan.2. Tumbuh KembangPasien secepatnya masuk sekolah. Dalam jangka lama perlu diobservasi fungsi hormonal dan tumbuh kembang anak. PROGNOSISPrognosis tidak baik. Angka kematian tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar